Jumat, 17 Oktober 2014



LEMBAR OBSERVASI
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Kerja Lapangan
Dosen Pengampu Aristika Damayanti, S. Pd M. Pd
PGSD 4A
Disusun Oleh :








1.      Tri Puji Lestari               (12120027)
2.       Ambar Wulandari         (12120033)
3.       endah Sulistyani            (12120050)
4.      Angga Puspita Rini        (12120019)
5.      Eni Dwi Astuti               (12120045)
6.      Linda Pravita                 (12120015)
7.      Mia Kurnia Ningtyas     (12120042)
8.      Sekti Vilda N                 (12120031)
9.      Nidia R                          (12120047)




PROGRAM  STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI SEMARANG
2013/2014




KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas
limpahan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas pada mata kuliah, kuliah kerja lapangan yang pada penelitiannya yaitu kesenian pada sanggar sobokarti semarang. Kota Semarang merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah. Kota ini merupakan pusat pemerintahan dan juga sebagai pusat aktivitas masyarakat yang tumbuh dan berkembang, sehingga membuatnya terbentuk menjadi sebuah kota metropolitan. Pertumbuhan penduduk pun menjadi berkembang secara cepat dan laju pertumbuhan perekonomian pun juga semakin meningkat dan menguat. Dikarenakan beberapa factor tersebut membuat mobilitas masyarakat perkotaan meningkat. Pembangunan fasilitas kota pun gencar dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya yang semakin berkembang pesat didalam berbagai bidang dan kategori. Pertumbuhan penduduk yang berkembang pesat ini membuat kota semarang tidak dapat dihindarkan lagi daripada globalisasi. Era globalisasi dapat dengan mudah memasuki Semarang, tak jarang globalisasi justru menggeser beberapa budaya dan cirri khas daripada sebuah bangsa dan Negara. Salah satu dampak yang diakibatkannya yaitu mulai bergesernya kecintaan masyarakat akan kesenian tradisional yang sudah ada dan diwariskan secara turun temurun. Jaman sekarang sudah banyak penerus bangsa yang melupakan kesenian tradisional, banyak dari mereka yang justru beralih untuk memperdalam kesenian-kesenian dari negara lain. Sangat disayangkan apabila mereka mengenal keseniandari negara lain dan melupakan kesenian dari negara sendiri. Fasilitas yang dapatmenampung kegiatan kesenian-kesenian ini pun turut berkurang eksistensinya, dikarenakan berkurangnya seniman-seniman baru yang dapat menjaga dan sekaligus memelihara kesenian tersebut. Lambat laun, kesenian-kesenian tradisional yang ada di provinsi Jawa Tengah akan mengalami kepunahan.











BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota Semarang merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah. Kota ini
merupakan pusat pemerintahan dan juga sebagai pusat aktivitas masyarakat yang tumbuh dan berkembang, sehingga membuatnya terbentuk menjadi sebuah kota metropolitan. Pertumbuhan penduduk pun menjadi berkembang secara cepat dan laju pertumbuhan perekonomian pun juga semakin meningkat dan menguat. Dikarenakan beberapa factor tersebut membuat mobilitas masyarakat perkotaan meningkat.  Pembangunan fasilitas kota pun gencar dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya yang semakin berkembang pesat didalam berbagai bidang dan kategori. Semarang merupakan kota dengan mobilitas yang tinggi, hal ini tentu menyebabkan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat dan berkembang. Anak-anak merupakan aset bangsa yang sangat penting, karena ditangan merekalah nantinya masa depan bangsa akan ditentukan. Anak-anak memegang peran sebagai penerus bangsa yang diharapkan mampu bertanggung jawab akan kelangsungan bangsa ini. Kualitas dari setiap individu mulai dilatih semenjak masa kanak-kanak, diperlukan penanganan yang serius dan intensif terhadap tumbuh kembang mereka, agar dapat menjadi individu yang memiliki kepribadian yang berkualitas tinggi. Pertumbuhan penduduk yang berkembang pesat ini membuat kota semarang tidak dapat dihindarkan lagi daripada globalisasi. Era globalisasi dapat dengan mudah memasuki Semarang, tak jarang globalisasi justru menggeser beberapa budaya dan ciri khas daripada sebuah bangsa dan Negara. Salah satu dampak yang diakibatkannya yaitu mulai bergesernya kecintaan masyarakat akan kesenian tradisional yang sudah ada dan diwariskan secara turun temurun. Jaman sekarang sudah banyak penerus bangsa yang melupakan kesenian tradisional, banyak dari mereka yang justru beralih untuk memperdalam kesenian-kesenian dari negara lain. Sangat disayangkan apabila mereka mengenal kesenian dari negara lain dan melupakan kesenian dari negara sendiri. Fasilitas yang dapat menampung kegiatan kesenian-kesenian ini pun turut berkurang eksistensinya, dikarenakan berkurangnya seniman-seniman baru yang dapat menjaga dan sekaligus memelihara kesenian tersebut. Lambat laun, kesenian-kesenian tradisional yang ada di provinsi Jawa Tengah akan mengalami kepunahan. Agar kesenian yang sudah ada tidak mengalami kepunahan maka pengenalan akan kesenian ini perlu diterapkan sejak dini di masyarakat. Anak usia dini sudah dapat diperkenalkan dan mulai mempelajari kesenian-kesenian tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah perjalanan menuju sanggar sobokarti
Sekilas, nampak tak ada yang spesial saat saya duduk di halte daerah Jalan Dr. Cipto 31-33 Semarang. Tak ada rutinitas ataupun suatu hal yang dapat menarik mata untuk melihat ataupun memperhatikannya. Kendaraan berlalu-lalang silih-berganti, seorang pedagang tengah sibuk meladeni pembelinya di warung tenda yang sempit, dan beberapa kendaraan bermotor yang agaknya memiliki masalah dalam hal permesinan memadati bengkel ”Palupi” di seberang jalan. Namun, ketika pandangan saya tertuju pada sebuah papan nama yang terpasang di antara gang masuk yang sempit ---sekitar 2 meter lebarnya --- mata ini langsung menarik kaki saya untuk memasuki kawasan di dalamnya. Dan tertulis jelas dan besar dari jalan raya juga terliahat yaitu “SOBOKARTI”. Tulisan itulah yang menuntut keingintahuan saya untuk menilik lebih jauh apa sebenarnya ”Sobokartti” itu. Dengan langkah penuh kepenasaran, akhirnya saya berjalan memasuki gang sempit itu. Teduhnya sinar matahari sore membuat seorang bocah lelaki, dengan topi biru yang dikenakannya secara terbalik, bersemangat mengencangkan laju sepedanya untuk mengitari lapangan yang ditumbuhi rumput. Meskipun rumput-rumput yang sebagian telah menguning dan tumbuh sekitar 10-15 cm, mengisyaratkan bahwa kurang adanya perawatan, namun secara keseluruhan kawasan itu nampak asri. Hampir tak terlihat ada sampah berserakan. Sementara itu, di sisi barat terdapat sebuah bangunan kuno yang melebar pada sisi depannya. Pintunya terbuat dari kayu bermodel enam lipatan. Pada sisi kanan dan kiri pintu terdapat jendela-jendela teralis bercat putih yang memanjang ke bawah. Secara keseluruhan, bangunan kuno itu berwarna coklat. Kombinasi coklat muda dan coklat tua yang dipadu dengan hijaunya pohon-pohon di sekitarnya membuat kesan harmonis dan selaras dengan alam. Di sebelah kanan dan kiri loket terdapat dua buah pintu masuk. Saya pun memasuki pintu sebelah kanan. Di dalamnya ada sebuah ruangan besar dengan atapnya yang tinggi, yang digunakan sebagai tempat pertunjukan. Di sebelah timur ada sebuah panggung permanen yang menghadap ke barat dan di sisi utara dan selatan bangku-bangku kayu yang panjang berjajar rapi. Di atas jajaran bangku sebelah utara terdapat sebuah tempat yang digunakan untuk berlatih seni pedalangan sekaligus tempat menyimpan perkakas-perkakas pedalangan. Sobokartti adalah sebuah perkumpulan kesenian rakyat yang aslinya bernama De Volks Kunst Vereeniging Sobokartti Semarang. Sobokartti selain digunakan sebagai nama perkumpulan kesenian di Semarang, ia juga digunakan sebagai nama gedung kesenian itu sendiri. Sobokartti didirikan di Jalan Dr. Cipto 31-33 Semarang pada 5 Oktober 1929, pada jaman Kolonial Belanda oleh para seniman-seniman yang pada waktu itu berdomisili di Semarang. Ir. Thomas Kartsen dari Belanda banyak berpengaruh dalam pembangunan gedung maupun managerial Sobokartti. Sobokartti sengaja didirikan di daerah Dr. Cipto sebab di sanalah para pahlawan perang pertempuran lima hari di Semarang dimakamkan. Jadi selain gedung yang bersejarah, perkumpulan seninya juga bersejarah. Untuk pertama kalinya hingga kini, Sobokartti dipimpin oleh Andaryoko Wisnuprabu yang menjabat sebagai ketua umum dan Soetrisno sebagai sekretaris.Sobo berarti bermain atau dolan dan karti artinya bekerja. Sobokartti berarti bermain untuk bekerja dan bekerja untuk bermain. Tulisan Sobokartti memang memiliki “t” dobel sebab diambil dari mana Gubernur Belanda pada jaman itu. Nama Sobokartti sendiri diberikan oleh pemerintah setempat pada jaman dahulu.
B.     Jadwal Latihan Disanggar Sobokarti
Dalam hal latihan, Sobokartti memiliki jadwal rutin yang telah disepakati oleh masing-masing anggotanya. Pada Jumat, pukul 20.00-23.00 WIB diadakan pelatihan karawitan. Sabtu, pukul 15.00-19.00 WIB ada kursus pedalangan. Minggu, pukul 09.00-13.00 WIB diadakan pelatihan pranata cara, dan pada hari Minggu pukul 13.00-17.30 WIB ialah jatah latihan untuk karawitan para ibu. Pada pelatihan seni tari Jawa, telah dibagi dalam beberapa kelas. Kelas anak-anak, kelas dewasa, dan juga kursus guru tari.
C.     Beberpa Penghargaan Di Sanggar Sobokarti
Dari sekian kesenian yang dimiliki dan ditawarkan Sobokartti, karawitan adalah salah satu penyumbang terbaik dan terbanyak yang mengharumkan nama Sobokartti. Beberapa penghargaan yang pernah diraih lewat seni karawitan di bawah asuhan Soetrisno antara lain :
1.      Tahun 1988-1989 Juara Harapan IV Lomba Karawitan Wilayah RRI Semarang
2.      Tahun 1988-1989 Juara II Karawitan Pria Wilayah RRI Semarang
3.      Tahun 1987-1987 Juara I Karawitan Pria Wilayah RRI Semarang
4.      Tahun 1990-1991 Juara Harapan I Lomba Karawitan Wilayah RRI Semarang
Karawitan sendiri ialah sebuah seni gamelan dan seni suara yang bertangga nada slendro dan pelog. Personilnya terdiri atas sekitar dua puluh empat Waranggono (pengambil suara perempuan), pesinden, dan pengrawit (penabuh kendang, gender, rebab, damung, saron gambang, beking, gong, kempul, kenong, rebab maupun siter). Nyanyian yang mengiringi karawitan terdiri atas bermacam-macam gending. Gending-gending itu mencakup gending wancaran, ketawang, ladrang, gambir sawit, pangkur, kutut manggung,dll. Perkembangan karawitan di Sobokartti sekarang diperkirakan sudah mulai maju pesat kembali sebab latihan semakin sering dilakukan dengan personil yang semakin beragam. Bahkan, pada hari Jumat telah ada latihan dari kerjasama dengan IKIP PGRI.Anggota pemain karawitan cukup beragam, mulai dari pensiunan PNS, sarjana, SPG, PGRI, hingga masyarakat biasa baik yang telah mengerti seni itu secara baik maupun yang sedang belajar dari nol.
D.    Motto Yang Ada Pada Sanggar Sobokarti
Salah satu motto yang dipegang Sobokartti ialah tidak akan ada penjualan atas gedung Sobokartti, apapun masalah yang melatarbelakanginya. Ia adalah sebuah perkumpulan yang independen, keberlangsungannya tidak berdiri atas kepentingan sekelompok golongan, seperti partai politik misalnya. Pada jaman Golkar berjaya, Sobokartti pernah diajak untuk masuk dalam jajarannya. Namun, Sobokartti menolak karena ia hanya mahu menerima bantuan dalam hal apapun atas nama pribadi, bukan kepentingan partai atau untuk hal politik. Tak dapat disangkal lagi bahwa suatu kesakralan, pada perkembangan jaman mampu menjadi korban dalam komersialisasi industri. Seperti yang dialami Sobokartti dalam dekade terakhir. Kesenian tradisional menjadi sesuatu yang eksklusif dan mahal di mata masyarakat. Masalah sebenarnya ialah minimnya orang yang mengetahui kesenian tradisional itu menyebabkan mahalnya harga yang harus dibayar saat mereka ditanggap untuk mementaskan keahliannya.
E.     Kegiatan-kegiatan yang saat ini diselenggarakan di Gedung Sobokartti adalah:
v  Kursus pedhalangan
v  Kursus pranatacara
v  Kursus membatik
v  Latihan tari
v  Latihan karawitan
v  Pentas rutin pedhalangan






















A.    Berikut Adalah Lampiran Foto Di Sanggar Sobokarti
Gambar depan sanggar sobokarti
 
Gambar saat latian tari semarangan


 

Contoh jadwal latian pada tahun 2011




Tidak ada komentar:

Posting Komentar