LEMBAR
OBSERVASI
Di
Susun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Kerja Lapangan
Dosen Pengampu Aristika Damayanti, S. Pd M. Pd
PGSD
4A
Disusun
Oleh :
1. Tri
Puji Lestari (12120027)
2. Ambar Wulandari (12120033)
3. endah Sulistyani (12120050)
4. Angga
Puspita Rini (12120019)
5. Eni Dwi Astuti (12120045)
6. Linda Pravita (12120015)
7. Mia Kurnia Ningtyas (12120042)
8. Sekti Vilda N (12120031)
9. Nidia R (12120047)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
IKIP
PGRI SEMARANG
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
atas
limpahan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas pada mata kuliah,
kuliah kerja lapangan yang pada penelitiannya yaitu kesenian pada sanggar
sobokarti semarang. Kota Semarang merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah. Kota
ini merupakan pusat pemerintahan dan juga sebagai pusat aktivitas masyarakat
yang tumbuh dan berkembang, sehingga membuatnya terbentuk menjadi sebuah kota
metropolitan. Pertumbuhan penduduk pun menjadi berkembang secara cepat dan laju
pertumbuhan perekonomian pun juga semakin meningkat dan menguat. Dikarenakan
beberapa factor tersebut membuat mobilitas masyarakat perkotaan meningkat.
Pembangunan fasilitas kota pun gencar dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakatnya yang semakin berkembang pesat didalam berbagai bidang dan
kategori. Pertumbuhan penduduk yang berkembang pesat ini membuat kota semarang
tidak dapat dihindarkan lagi daripada globalisasi. Era globalisasi dapat dengan
mudah memasuki Semarang, tak jarang globalisasi justru menggeser beberapa
budaya dan cirri khas daripada sebuah bangsa dan Negara. Salah satu dampak yang
diakibatkannya yaitu mulai bergesernya kecintaan masyarakat akan kesenian
tradisional yang sudah ada dan diwariskan secara turun temurun. Jaman sekarang
sudah banyak penerus bangsa yang melupakan kesenian tradisional, banyak dari
mereka yang justru beralih untuk memperdalam kesenian-kesenian dari negara
lain. Sangat disayangkan apabila mereka mengenal keseniandari negara lain dan
melupakan kesenian dari negara sendiri. Fasilitas yang dapatmenampung kegiatan
kesenian-kesenian ini pun turut berkurang eksistensinya, dikarenakan
berkurangnya seniman-seniman baru yang dapat menjaga dan sekaligus memelihara
kesenian tersebut. Lambat laun, kesenian-kesenian tradisional yang ada di
provinsi Jawa Tengah akan mengalami kepunahan.
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota Semarang merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah. Kota ini
merupakan pusat pemerintahan dan juga sebagai pusat aktivitas masyarakat
yang tumbuh dan berkembang, sehingga membuatnya terbentuk menjadi sebuah kota
metropolitan. Pertumbuhan penduduk pun menjadi berkembang secara cepat dan laju
pertumbuhan perekonomian pun juga semakin meningkat dan menguat. Dikarenakan beberapa
factor tersebut membuat mobilitas masyarakat perkotaan meningkat. Pembangunan fasilitas kota pun gencar
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya yang semakin berkembang pesat
didalam berbagai bidang dan kategori. Semarang merupakan kota dengan mobilitas
yang tinggi, hal ini tentu menyebabkan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat
dan berkembang. Anak-anak merupakan aset bangsa yang sangat penting, karena
ditangan merekalah nantinya masa depan bangsa akan ditentukan. Anak-anak memegang
peran sebagai penerus bangsa yang diharapkan mampu bertanggung jawab akan
kelangsungan bangsa ini. Kualitas dari setiap individu mulai dilatih semenjak
masa kanak-kanak, diperlukan penanganan yang serius dan intensif terhadap
tumbuh kembang mereka, agar dapat menjadi individu yang memiliki kepribadian
yang berkualitas tinggi. Pertumbuhan penduduk yang berkembang pesat ini membuat
kota semarang tidak dapat dihindarkan lagi daripada globalisasi. Era
globalisasi dapat dengan mudah memasuki Semarang, tak jarang globalisasi justru
menggeser beberapa budaya dan ciri khas daripada sebuah bangsa dan Negara.
Salah satu dampak yang diakibatkannya yaitu mulai bergesernya kecintaan
masyarakat akan kesenian tradisional yang sudah ada dan diwariskan secara turun
temurun. Jaman sekarang sudah banyak penerus bangsa yang melupakan kesenian
tradisional, banyak dari mereka yang justru beralih untuk memperdalam
kesenian-kesenian dari negara lain. Sangat disayangkan apabila mereka mengenal
kesenian dari negara lain dan melupakan kesenian dari negara sendiri. Fasilitas
yang dapat menampung kegiatan kesenian-kesenian ini pun turut berkurang
eksistensinya, dikarenakan berkurangnya seniman-seniman baru yang dapat menjaga
dan sekaligus memelihara kesenian tersebut. Lambat laun, kesenian-kesenian
tradisional yang ada di provinsi Jawa Tengah akan mengalami kepunahan. Agar
kesenian yang sudah ada tidak mengalami kepunahan maka pengenalan akan kesenian
ini perlu diterapkan sejak dini di masyarakat. Anak usia dini sudah dapat
diperkenalkan dan mulai mempelajari kesenian-kesenian tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
perjalanan menuju sanggar sobokarti
Sekilas, nampak tak ada yang spesial saat saya duduk di
halte daerah Jalan Dr. Cipto 31-33 Semarang. Tak
ada rutinitas ataupun suatu hal yang dapat menarik mata untuk melihat ataupun
memperhatikannya. Kendaraan berlalu-lalang silih-berganti, seorang pedagang
tengah sibuk meladeni pembelinya di warung tenda
yang sempit, dan beberapa kendaraan bermotor yang agaknya memiliki masalah
dalam hal permesinan memadati bengkel ”Palupi” di seberang jalan. Namun, ketika
pandangan saya tertuju pada sebuah papan nama yang terpasang di antara gang
masuk yang sempit ---sekitar 2 meter lebarnya --- mata ini langsung menarik kaki saya untuk memasuki kawasan di dalamnya. Dan tertulis jelas dan besar dari jalan raya juga
terliahat yaitu “SOBOKARTI”. Tulisan
itulah yang menuntut keingintahuan saya untuk menilik lebih jauh apa sebenarnya
”Sobokartti” itu. Dengan langkah penuh kepenasaran,
akhirnya saya berjalan memasuki gang sempit itu. Teduhnya sinar matahari sore
membuat seorang bocah lelaki, dengan topi biru yang dikenakannya secara
terbalik, bersemangat mengencangkan laju sepedanya untuk mengitari lapangan
yang ditumbuhi rumput. Meskipun rumput-rumput yang sebagian telah menguning dan
tumbuh sekitar 10-15 cm, mengisyaratkan bahwa kurang adanya perawatan, namun
secara keseluruhan kawasan itu nampak asri. Hampir tak terlihat ada sampah
berserakan. Sementara itu, di sisi barat terdapat sebuah bangunan kuno yang
melebar pada sisi depannya. Pintunya terbuat dari kayu bermodel enam lipatan.
Pada sisi kanan dan kiri pintu terdapat jendela-jendela teralis bercat putih
yang memanjang ke bawah. Secara keseluruhan, bangunan kuno itu berwarna coklat.
Kombinasi coklat muda dan coklat tua yang dipadu dengan hijaunya pohon-pohon di
sekitarnya membuat kesan harmonis dan selaras dengan alam. Di sebelah kanan dan
kiri loket terdapat dua buah pintu masuk. Saya pun memasuki pintu sebelah
kanan. Di dalamnya ada sebuah ruangan besar dengan atapnya yang tinggi, yang digunakan sebagai tempat pertunjukan. Di
sebelah timur ada sebuah panggung permanen yang menghadap ke barat dan di sisi
utara dan selatan bangku-bangku kayu yang panjang berjajar rapi. Di atas
jajaran bangku sebelah utara terdapat sebuah tempat yang digunakan untuk
berlatih seni pedalangan sekaligus tempat menyimpan perkakas-perkakas
pedalangan. Sobokartti adalah sebuah perkumpulan kesenian rakyat yang
aslinya bernama De Volks Kunst Vereeniging Sobokartti Semarang. Sobokartti
selain digunakan sebagai nama perkumpulan kesenian di Semarang, ia juga
digunakan sebagai nama gedung kesenian itu sendiri. Sobokartti didirikan di
Jalan Dr. Cipto 31-33 Semarang pada 5 Oktober 1929,
pada jaman Kolonial Belanda oleh para seniman-seniman yang pada waktu itu
berdomisili di Semarang. Ir. Thomas Kartsen dari
Belanda banyak berpengaruh dalam pembangunan gedung maupun managerial
Sobokartti. Sobokartti sengaja didirikan di daerah Dr. Cipto sebab di sanalah
para pahlawan perang pertempuran lima hari di Semarang dimakamkan. Jadi selain
gedung yang bersejarah, perkumpulan seninya juga bersejarah. Untuk pertama
kalinya hingga kini, Sobokartti dipimpin oleh Andaryoko Wisnuprabu yang
menjabat sebagai ketua umum dan Soetrisno sebagai sekretaris.Sobo
berarti bermain atau dolan dan karti artinya bekerja. Sobokartti
berarti bermain untuk bekerja dan bekerja untuk bermain. Tulisan Sobokartti
memang memiliki “t” dobel sebab diambil dari mana Gubernur Belanda pada jaman
itu. Nama Sobokartti sendiri diberikan oleh pemerintah setempat pada jaman
dahulu.
B.
Jadwal Latihan
Disanggar Sobokarti
Dalam
hal latihan, Sobokartti memiliki jadwal rutin yang telah disepakati oleh
masing-masing anggotanya. Pada Jumat, pukul 20.00-23.00 WIB diadakan pelatihan
karawitan. Sabtu, pukul 15.00-19.00 WIB ada kursus
pedalangan. Minggu, pukul 09.00-13.00 WIB diadakan pelatihan pranata cara, dan
pada hari Minggu pukul 13.00-17.30 WIB ialah jatah latihan untuk karawitan para
ibu. Pada pelatihan seni tari Jawa, telah dibagi dalam beberapa kelas. Kelas
anak-anak, kelas dewasa, dan juga kursus guru tari.
C. Beberpa Penghargaan Di Sanggar Sobokarti
Dari sekian kesenian yang dimiliki dan ditawarkan Sobokartti, karawitan
adalah salah satu penyumbang terbaik dan terbanyak yang mengharumkan nama
Sobokartti. Beberapa penghargaan yang pernah diraih lewat seni karawitan di
bawah asuhan Soetrisno antara lain :
1. Tahun 1988-1989 Juara Harapan IV Lomba
Karawitan Wilayah RRI Semarang
2. Tahun 1988-1989 Juara II Karawitan Pria
Wilayah RRI Semarang
3. Tahun 1987-1987 Juara I Karawitan Pria
Wilayah RRI Semarang
4. Tahun 1990-1991 Juara Harapan I Lomba
Karawitan Wilayah RRI Semarang
Karawitan sendiri ialah sebuah seni gamelan dan
seni suara yang bertangga nada slendro dan pelog. Personilnya terdiri atas
sekitar dua puluh empat Waranggono (pengambil suara perempuan), pesinden, dan
pengrawit (penabuh kendang, gender, rebab, damung, saron gambang, beking, gong,
kempul, kenong, rebab maupun siter). Nyanyian yang mengiringi karawitan terdiri atas
bermacam-macam gending. Gending-gending itu mencakup gending wancaran,
ketawang, ladrang, gambir sawit, pangkur, kutut manggung,dll. Perkembangan
karawitan di Sobokartti sekarang diperkirakan sudah mulai maju pesat kembali
sebab latihan semakin sering dilakukan dengan personil yang semakin beragam.
Bahkan, pada hari Jumat telah ada latihan dari kerjasama dengan IKIP
PGRI.Anggota pemain karawitan cukup beragam, mulai dari pensiunan PNS, sarjana,
SPG, PGRI, hingga masyarakat biasa baik yang telah mengerti seni itu secara
baik maupun yang sedang belajar dari nol.
D. Motto Yang Ada Pada Sanggar Sobokarti
Salah satu motto yang dipegang Sobokartti
ialah tidak akan ada penjualan atas gedung Sobokartti, apapun masalah yang
melatarbelakanginya. Ia adalah sebuah perkumpulan yang independen,
keberlangsungannya tidak berdiri atas kepentingan sekelompok golongan, seperti
partai politik misalnya. Pada jaman Golkar berjaya, Sobokartti pernah diajak untuk
masuk dalam jajarannya. Namun, Sobokartti menolak karena ia hanya mahu menerima
bantuan dalam hal apapun atas nama pribadi, bukan kepentingan partai atau untuk
hal politik. Tak dapat disangkal lagi bahwa suatu kesakralan, pada perkembangan jaman
mampu menjadi korban dalam komersialisasi industri. Seperti yang dialami
Sobokartti dalam dekade terakhir. Kesenian tradisional menjadi sesuatu yang
eksklusif dan mahal di mata masyarakat. Masalah sebenarnya ialah minimnya orang
yang mengetahui kesenian tradisional itu menyebabkan mahalnya harga yang harus
dibayar saat mereka ditanggap untuk mementaskan keahliannya.
E. Kegiatan-kegiatan yang saat ini diselenggarakan
di Gedung Sobokartti adalah:
v Kursus pedhalangan
v Kursus pranatacara
v Kursus membatik
v Latihan tari
v Latihan karawitan
v Pentas rutin pedhalangan
A.
Berikut Adalah
Lampiran Foto Di Sanggar Sobokarti
Gambar depan sanggar sobokarti
Gambar saat latian
tari semarangan
Contoh jadwal
latian pada tahun 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar